Rss

Minggu, 27 November 2016

Part 11: His Name is Fian



Aku terbangun dengan tidak cantik saat mendengar ketukan juga suara Ayah yang membangunkanku untuk shalat shubuh. Bagaimana tidak cantik, aku terbangun dengan terkaget-kaget hingga terduduk dari tidurku dan dengan tidak sengaja melemparkan guling yang sejak semalam kupeluk erat sembarangan. Apalagi semalam aku sempat begadang untuk membaca buku yang kupinjam dari Ayah karena tidak bisa tidur. Aku benar-benar bisa tidur tepat setelah menyelesaikan setengah buku dari buku yang kubaca. Untungnya juga aku masih sempat membaca do'a sebelum tidur dan memeluk bantal guling. Dan sekarang, salahku juga tidak mengabarkan Ayah semalam kalau aku tengah halangan semenjak kemarin shubuh.

Jumat, 05 September 2014

Part 10: Angry Brother and The Choosen

Di sore hari yang cukup terik menurutku. Aku melangkah keluar dengan perasaan cukup senang. Mengingat aku baru saja keluar dari derita yang tak kutahu kapan akan hilang. Mungkin bisa kalian anggap derita itu sebagai ‘malu’. Karena jika perdebatan barusan diteruskan dan berhasil membuatku harus malu tak terkirakan. Dan aku tidak tahu kapan rasa malu itu akan hilang. Tapi aku berjanji pada diriku bahwa aku akan menceritakan bagian tersebut nanti setelah masalah yang ini selesai. Maksudku, selesai dalam artian entah selesai karena aku akhirnya bersama dengan Fian atau akhirnya aku sama sekali tidak bersama dengan Fian. Dua pilihan yang tidak akan bisa membuatku lega dengan yang namanya masalah.

Kamis, 24 Juli 2014

My New Life Story Chapter 3

Saat berada di mobil dalam perjalanan, Fia tak henti-henti bersikap gelisah. Memainkan kedua tangannya yang terasa dingin saat Diana memegang tangan itu. Lalu, tak jarang Fia membetulkan kembali letak kerudungnya yang sebenarnya Sama sekali tidak berubah dari awal setelah Ia memakai kerudung warna peach nya. Juga menghela nafasnya dengan cukup keras seakan dengan melakukan hal itu, dapat mengurangi perasaannya yang cukup berantakan sejak masuk kedalam mobil. bukan karena Ia tak siap untuk mendapatkan tambahan pewarna hidupnya. Tapi Ia takut mereka tidak bisa menerimanya. Walau sebenarnya sejak sebulan yang lalu saat Fia mengutarakan keinginannya tak ada Sama sekali penolakan dari mereka. Tapi juga tak ada bentuk penerimaan. Mereka hanya terdiam dan sekali-kali merespon apa yang Fia lakukan. Seakan mereka hanya pasrah terhadap apa yang dilakukan Fia.

Senin, 21 Juli 2014

April Yang Selalu Hujan (Selesai)

Serang, April 2004... 
Langit menjadi mendung dan tak lama hujan mulai mengguyur tanah yang baru saja kering. Karena hujan kemarin benar-benar telah membuat kota menjadi basah kuyup. Jika saja kota ini mempunyai payung atau jas hujan dan sejenisnya, mungkin ia tidak akan basah kuyup seperti sekarang ini. Dan entah yang keberapa kalinya, kota diguyur hujan deras dan lebih lama. 

Hujan Di Bulan Januari II: Kenangan Terindah

Baru tiga hari ini, pembagian raport di sekolah terlewati. Dan telah tiga hari ini pula dia belum menemuiku. Rindu juga jika tak bertemu dan memikirkannya seperti ini. Terkadang aku bingung bagaimana caranya agar walaupun aku rindu, selalu ada yang bisa mengobati. Menelponnya atau memberinya teks pendek yang mengatakan aku rindu padanya?. Oh tidak. Itu bukan pilihan yang tepat. Karena yang ku inginkan adalah dapat melihat wajahnya yang selalu penuh dengan senyuman manis. Apalagi jika itu di tujukan padaku. Dan aku sangat bersyukur tuhan memberiku dia yang begitu dapat mengerti aku. Apapun itu keadaannya, dia selalu mengerti apa yang harus dia lakukan.

My New Life Story: Chapter 2

Siti Chairiyah Shofiawati as Fia
Muhammad Alvian Nurarifin as Abang Ian
Muhammad Alvi Luthfi as Abang Alvi
Muhammad Rizki Mubarak as Abang Kiki
Achriza Nurfarid as Kakak Iza
Ainul Husna as Dedek Ain
Harits Al-achzab as Aris

My New Life Story: Chapter 1

Warna oren keemasan langit mulai semakin terlihat pekat. Namun warna abu-abu kehitaman juga mulai mengiringi. Menandakan bahwa sore mulai beranjak malam. Mataku terus menerus menatap langit tanpa mempedulikan situasi ramai sekitarku. Karena biasanya di waktu sore menjelang malam seperti ini, jalanan Bandung mulai memadat. Apalagi mengingat hari ini yang termasuk kedalam 'weekend'. Jelas sekali jalanan Bandung semacet itu. Tapi aku benar-benar tidak mempedulikan itu. Aku merasa lelah dengan kegiatan tambahan yang kumulai bulan lalu. Pergi pagi untuk masuk kelas kuliahku hingga siang. Dan setelah dzuhur aku akan bergegas mencari Abang Alvi didepan kampus. Menuju tujuan selanjutnya. Begitu saja kegiatanku selama hampir sebulan ini. Demi apa yang kuharapkan tercapai.