Rss

Senin, 21 Juli 2014

My New Life Story: Chapter 2

Siti Chairiyah Shofiawati as Fia
Muhammad Alvian Nurarifin as Abang Ian
Muhammad Alvi Luthfi as Abang Alvi
Muhammad Rizki Mubarak as Abang Kiki
Achriza Nurfarid as Kakak Iza
Ainul Husna as Dedek Ain
Harits Al-achzab as Aris

Cuaca siang ini begitu cerah. Sangat cerah hingga bisa membuat orang malas untuk keluar dari rumah mereka. Namun itu berbeda untuk Fia. Sedari jam 8 pagi, Ia sudah merapikan dirinya. Memadupadankan baju, rok, dan kerudung yang akan dipakainya. Bersiap untuk meninggalkan kosan lamanya. Menjemput penghuni rumah barunya nanti.

Entah mengapa ada yang berbeda di mata Diana saat melihat seniornya itu berjalan meninggalkan lemari lalu kembali lagi hanya untuk memeriksa apakah baju yang dia padukan serasi atau tidak. Karena biasanya Fia yang Ia tahu adalah perempuan tersimpel yang Ia kenal. Fia tidak terlalu memikirkan harus memakai baju warna apa hari ini? Roknya warna apa yang pas untuk baju ini? Apakah kerudung warna ini bagus dipadu dengan baju ini?. Tidak pernah sama sekali. Fia yang Ia kenal adalah perempuan yang saat menuju lemari, lalu Ia akan menarik baju yang Ia lihat tanpa banyak berpikir. Biasanya dalam 20 menit Ia sudah bersiap dengan mandi dan berpakaian. Namun kini, sudah 30 menit Fia bolak-balik hanya untuk mencari baju yang pas. Ya, sudah 30 menit berlalu sejak Ia selesai mandi. Hitung saat Ia mandi menghabiskan waktu 15 menit ditambah 30 menit yang tidak juga berhenti. Masih akan ada tambahan waktu jika Fia masih bolak-balik untuk mencari baju yang pas.

Diana teringat dengan kejadian 2 hari yang lalu.

Flashback On

Abang Alvi masih setia mengangkat barang-barang milik Fia yang akan dipindah tempatkan dari kosan lamanya menuju apartement yang Ia beli. Baru 2 hari yang lalu semenjak Ia membayar lunas apartement yang Ia beli dari seseorang. Tanpa Ia harus membeli kelengkapan isi rumahnya. Ia hanya perlu membawa barang-barang dan merapikannya. Hanya itu.

Dan sekarang dengan menyeret Diana untuk mengikutinya merapikan apartemennya. Membiarkan Diana kerepotan memikirkan kuliahnya yang ujungnya Ia biarkan. sejak hari ini, Diana fix membolos.

Seharian ini, Fia dengan dibantu Abang Alvi dan Diana, merapikan serta menyusun barang-barang milik Fia. Dan dengan senang hati Fia akan mengoreksi setiap penempatan yang tidak sesuai dengan hati Fia. Hingga yang terjadi adalah gerutuan tidak jelas dari Abang Alvi yang terdengar.

Lalu juga, masih dengan sikap Fia yang mungkin bisa dikategorikan cukup aneh. Bergumam atau mungkin lebih tepatnya bernyanyi tanpa lirik. Kini menjadi teman sejati Fia saat merapikan isi apartemennya. Belum lagi, saat membersihkan barang-barang yang menurut Fia perlu dibersihkan Karena berdebu itu, Fia beberapa kali melakukan gerakan memukul seakan Ia sedang bermain drum. Tidak ada yang tahu kebiasaan Fia yang seperti ini. Ia terlihat seperti anak SMP yang baru pertama kali dikenalkan dengan musik Dan dia menyukainya. Lalu Ia nyanyikan berulang-ulang dengan tangan mengikuti gerakan drum. Masalah disini adalah FIA BUKAN MANIAK LAGU. Jadi terlihat aneh jika Ia melakukannya. Sedangkan Diana hanya bisa menggelengkan kepala. Dan Bang Alvi hanya terduduk lemas di sofa setelah capek dimarahi Fia Karena berkali-kali melakukan kesalahan dalam menempatkan barang. Tak lama setelahnya, Diana melihat Bang Alvi sudah tertidur pulas dengan wajah polosnya. Wajah lelah ngos-ngosannya sudah hilang saat Ia terbuai mimpi.

Sedangkan Fia masih bersenang ria dengan lantunan Lagu tanpa liriknya di dapur. Mengabaikan apapun yang terjadi di ruang keluarga apartemennya.

Dan bukan hanya itu yang terjadi setelahnya saat pagi menjelang.

Dengan sangat memaksa Fia mengajak Diana pergi untuk berbelanja. Bahkan Fia juga menyeret Abang Alvi yang tumben-tumbenan tidur di apartemen baru Fia. Mungkin Ia terlalu capek untuk berangkat kerja. Bahkan setelah shalat shubuh, Ia sambung lagi tidur yang terpotong itu hingga Fia yang membangunkan Abang Alvi. Ya, Fia memaksa Abang Alvi untuk mengantarkan Fia dan Diana berbelanja ria walau yang belanja hanya Fia seorang.

Pasti terbayang bagaimana reaksi Abang Alvi ketika mendapat perintah dari Fia. Muka kucel, belum mandi, badan masih pegel, dan merasa kesal tidur indahnya diganggu dengan sangat tidak berkeprimanusiaan. Apalagi ditambah ancaman. Membuat Abang Alvi hanya mengangguk.

"Abang bolos kerja hari ini kan? Kalo Fia bilang Abang Ian, kira-kira apa ya kata Abang Ian??" kata Fia dengan tangan yang memegang dagunya dan tatapan menatap langit-langit berusaha bergaya layaknya seseorang yang berpikir keras.

"Ya, ya, ya. Abang anterin. Tunggu setengah jam. Abang mau mandi dulu" kata Abang Alvi mengalah. Ia tak habis pikir, kenapa sikap Fia jadi menyebalkan hari ini? Dan juga kenapa Ia mau-maunya menuruti semua permintaan Fia. Oh iya, ancaman.

Lalu juga, Fia mengajak Diana dan Abang Alvi sebagai supir berkeliling semua mall di Bandung. Saat Fia tak mendapatkan barang yang Ia inginkan, maka tak segan Fia mengajak untuk berpindah tempat. Hingga akhirnya mereka berhenti di PVJ atau Paris Van Java. Disanalah tempat terakhir Fia berpindah tempat setelah Ia masuk ke mall BIP atau Bandung Istana Plaza.

Saat ini, mereka berada di salah satu toko pakaian setelah sebelumnya mereka masuk ke Salemba untuk membeli beberapa buku panduan yang menurut Diana tidak akan pernah dibaca oleh Fia. Karena Fia bukan tipe orang yang mau mengikuti tips-tips yang sebenarnya bisa Ia lakukan sendiri tanpa harus mengikuti apa kata orang.

Diana sudah merasa kesal setengah mati. Karena Fia dengan secara tidak langsung menjadikan Diana sebagai pembantu atau sebagainya. Dengan membawa tas barang yang akan dibeli Fia. Belum lagi, saat Fia menanyakan pendapat mengenai pakaian yang Ia pegang dan sebagainya. Hasilnya tidak ada pendapat Diana yang Fia dengar. Juga beberapa kali Diana memanggil Fia yang masih bersenang ria memilah milih baju yang akan masuk tas barangnya, untuk bilang bahwa kakinya pegal. Namun, semua panggilan itu tidak ada yang mendapat jawaban. Jelas saja membuat si empu yang manggil kesel abis. Bahkan Diana berhenti mengikuti Fia dengan kakinya. Ia hanya membiarkan matanya mengekori setiap gerakan Fia.

Tapi, seketika Ia tertegun. Semua amarah, rasa kesal, dan pegal kakinya hilang begitu saja. Saat Diana melihat Fia yang tersenyum tulus penuh arti bahagia sambil memandang satu pasang pakaian bayi perempuan berwarna biru muda.

Diana berpikir sepertinya ada yang membawa kebahagiaan tersendiri bagi Fia. Hingga membuat Fia bersikap aneh beberapa hari ini. Juga membuat beberapa orang merasa kesal setengah mati. Tapi Diana tahu bahwa Fia berusaha melakukan segalanya dengan sesempurna mungkin.

"Ayo Di," seruan Fia menghancurkan lamunan Diana barusan. Fia menatap Diana sejenak. "sepertinya kamu udah capek ya? Yaudah sini tasnya, biar Aku yang bawa ke kasir. Kamu duduk aja tunggu Aku selesai bayar semua ini ya?" kata Fia sambil mengambil alih tas yang dibawa Diana setelah menumpukkan beberapa pakaian yang tadi Ia ambil.

"Okay. Iya nih. Kaki aku pegel."

"Ngomong-ngomong Bang Alvi mana ya?" Fia mengedarkan pandangannya mencari sosok Abang yang telah banyak membantunya itu. Sontak saja Diana mengikuti Fia mengedarkan pandangannya.

"Tadi sih, dia bilang mau ke toilet. Tapi ga balik-balik tuh."

"Yaudahlah. Kayaknya Abang balik ke mobil buat nerusin tidur deh. Ga papa deh. Tunggu sini ya Di,," Fia menjalankan tasnya untuk membawa barang-barang yang akan Ia beli menuju kasir.

Flashback Off

"Kaaak,, mau sampe kapan bolak-balik nyari baju yang pas??" Tanya Diana menghentikan gerakan Fia yang baru saja mau mengambil satu pasang baju lagi untuk dicocokkan dengan kerudungnya.

Fia menoleh dan menatap Diana sebentar. Lalu menggedikkan bahunya.

"Tuh, Bang Alvi udah SMS kalo dia udah nyampe. Lagi nunggu dibawah tuh." tambah Diana sambil melirik handphone Fia yang menampilkan SMS Abang Alvi.

Fia menghentikan aksinya. Lalu mengambil pakaiannya asal.

"Iyaa!" serunya seakan menanggapi kata-kata Diana tadi seraya masuk ke kamar mandi.

Dan tak lama kemudian Fia keluar dengan pakaian yang sudah rapi terpasang ditubuhnya.

"Kerudung warna peach Aku tadi mana?"

"Lho? Tadi kan Kakak bawa-bawa." Diana menjawab pertanyaan Fia sambil menggeleng heran. Sedari tadi, Diana hanya melihat Fia bolak-balik kamar mandi dengan tangan menenteng kerudung warna peachnya.

"Iya ya tadi Aku bawa-bawa? Kok Aku ga inget ya?" Fia mencari mengingat-ingat apakah tadi kerudung warna peachnya Ia bawa?.

"Eh? Itu bukan kerudungnya? Yang dibawah baju-baju itu??" tunjuk Diana kearah tumpukkan baju yang dikeluar Fia untuk mencari pakaian yang pas dipakai moment ini.

"Oh iya. Astaghfirullah. Kok jadi lupa gini ya?" katanya entah ditujukan pada siapa. Tapi Ia tetap mengambil kerudungnya dan mulai merancang kerudungnya yang langsung Ia pakai.

Diana hanya tersenyum geli melihatnya. Mungkin Fia terlalu gugup untuk bertemu dengan orang baru yang akan menghiasi hidupnya setelah ini. Karena biasanya ini bukannya Fia yang sejauhnya ini Diana kenal.

###########

0 komentar:

Posting Komentar