A. Makna Konsekuensi
Kultural Teknologi Komunikasi
Untuk memahami makna konsekuensi kultural teknologi
komunikasi, perlu diungkap pengertian cultural lebih dulu. Kultural
berasal dari kata cultural, yang dalam
Bahasa Inggris berarti having
to do with culture (berkaitan dengan budaya). Jadi, tidak berlebihan bila kultural diartikan sebagai
kebudayaan. Atas dasar pemikiran di atas, konsekuensi cultural pemakaian
teknologi komunikasi dilihat pada karakter yang dimiliki lembaga sosial, sistem
pengetahuan, perilaku keseharian individu dan komunitas, sistern nilai dan
norma dalam masyarakat berubah, sebagai kelanjutan logis pemakaian teknologi
komunikasi, maka sudah terjadi konsekuensi kultural. Sebaliknya, bila karakter
lembaga sosial, sistem pengetahuan, perilaku keseharian individu dan komunitas,
sistem nilai dan norma dalam masyarakat,
sebagai kelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, tidak berubah; maka tidak ada konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi.
sebagai kelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, tidak berubah; maka tidak ada konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi.
B. Konsekuensi
Kultural. Permakaian Teknologi Komunikasi
Bila kita
menengok kenyataan, misalnya pada perilaku orang-orang yang suka mengakses internet, temyata mereka sadar
bahwa kadang-kadang mereka "berurusan"
dengan apa yang disebut realitas maya (virtual reality). Realitas maya sendiri, seperti ditulis Mark Slouka,
merujuk pada lingkungan yang "menyelubungi" atau "menghidupkan secara
sensual", yang dimasuki individu dengan cara menghubungkan
dirinya ke komputer (1999:38). Dengan kata lain, orang-orang yang suka mengakses internet sadar bahwa
komputer menciptakan ilusi untuk mereka. Tetapi,
tidak banyak yang bisa membedakan ilusi tersebut dengan dunia nyata. Akibatnya, mereka merasa senang
menghadapinya.
Bisa saja tawaran yang diajukan dunia semu itu sejalan dengan kebutuhan individu yang mengakses internet. Bisa saja tawaran dunia semu tersebut sesuai dengan keinginan individu untuk menciptakan identitas baru buat dirinya. Yang jelas, jaringan internet telah menawarkan bentuk komunitas baru, yaitu komunitas maya (virtual community) Nah, dalam konteks komunitas semu ini, paling sedikit ada dua konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi yang menonjol, yaitu:
Bisa saja tawaran yang diajukan dunia semu itu sejalan dengan kebutuhan individu yang mengakses internet. Bisa saja tawaran dunia semu tersebut sesuai dengan keinginan individu untuk menciptakan identitas baru buat dirinya. Yang jelas, jaringan internet telah menawarkan bentuk komunitas baru, yaitu komunitas maya (virtual community) Nah, dalam konteks komunitas semu ini, paling sedikit ada dua konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi yang menonjol, yaitu:
1. Perubahan
Sistem Nilai dan Norma
Jika diibaratkan
sebagai pengembara, maka orang-orang yang mengakses internet akan banyak melakukan
perjalanan, banyak melihat dan tentu saja banyak
memperoleh informasi. Semua pengalarnan itu, tentu saja akan mengubah pandangan mereka tentang diri mereka
sendiri serta nilai dan norma yang selama ini
mereka anut. Bukan mustahil mereka lantas mengadopsi nilai-nilai profesionalisme yang mengutamakan prinsip
kepakaran, otoritas, otonomi, autensitas
dan integritas. Bukan mustahil pula mereka tidak menyukai lagi
solidaritas komunal. Kalau ini yang terjadi, sesungguhnya perubahan sistem nilai itu baik untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Artinya, nilai-nilai yang diadopsi adalah nilai yang bermanfaat untuk membangun kebudayaan industrial. Tetapi bukan mustahil yang terjadi adalah, orang-orang yang mengakses internet tidak peduli lagi dengan tatanan moral, sistem nilai dan norma yang telah disepakati berpuluh-puluh tahun. Mereka hanyut dalam pengembaraan mereka dan menabrak apa saja yang mereka anggap menghambat tujuan mereka.
solidaritas komunal. Kalau ini yang terjadi, sesungguhnya perubahan sistem nilai itu baik untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Artinya, nilai-nilai yang diadopsi adalah nilai yang bermanfaat untuk membangun kebudayaan industrial. Tetapi bukan mustahil yang terjadi adalah, orang-orang yang mengakses internet tidak peduli lagi dengan tatanan moral, sistem nilai dan norma yang telah disepakati berpuluh-puluh tahun. Mereka hanyut dalam pengembaraan mereka dan menabrak apa saja yang mereka anggap menghambat tujuan mereka.
Mereka merasa
tidak peduli lagi dengan segala aturan yang ada. Bila
melihat kenyataan di negara-negara maju, kita tentu mengerti bahwa perubahan yang terjadi pada orang-orang yang
mengakses internet adalah perubahan
moral dan kemanusiaan. Orang tidak peduli lagi dengan moral yangselama ini
dijunjung tinggi. Orang juga tidak peduli dengan nilai
kemanusiaan orang lain.
Sudah begitu, orang lebih percaya pada isu daripada informasi, lebih percaya pada rumor ketimbang kebenaran.
Pergeseran nilai yang nampak ekstrim
adalah kemudahan pengguna untuk menjelajahi situs-situs porno atau situs-situs cabul yang banyak bertebaran di internet dan bebas sensor karena internet dianggap tidak memiliki aturan dan kejelasan hukum dalam penggunaannya. Selain itu muncul kejahatan menggunakan internet yang disebut dengan “carding” berupa pembobolan kartu kredit milik orang lain. Ini disebabkan karena keamanan dalam internet saat ini masih belum sempurna khususnya berkaitan dengan subscribe pendaftaran diri pada suatu situs.
adalah kemudahan pengguna untuk menjelajahi situs-situs porno atau situs-situs cabul yang banyak bertebaran di internet dan bebas sensor karena internet dianggap tidak memiliki aturan dan kejelasan hukum dalam penggunaannya. Selain itu muncul kejahatan menggunakan internet yang disebut dengan “carding” berupa pembobolan kartu kredit milik orang lain. Ini disebabkan karena keamanan dalam internet saat ini masih belum sempurna khususnya berkaitan dengan subscribe pendaftaran diri pada suatu situs.
2. Penyerahan sebagian
otoritas diri pada teknologi komunikasi
Bila dicermati maka orang-orang yang mengakses teknologi
komunikasi informasi akan meluangkan waktu yang banyak dan biaya yang mahal
untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Meski telah terpuaskan
oleh informasi yang didapat
kecenderungannya orang-orang tersebut akan terus mencari dan mencari informasi memalui internet. Disinilah
kondisi penyerahan diri pada teknologi terjadi
akibanya Keasyikan dalam menggunakan internet menjadikan semacam kecanduan yang mau tidak mau membawa ke
arah pengeluaran keuangan yang lebih.
Selain itu
penggunaan internet memunculkan trend centre gaya hidup dengan penambahan pengetahuan dari media
internet Orang tidak dianggap eksis bila tidak
memiliki e-mail atau bergabung dalam komunitas virtual seperti Friendster atau blogger. Lembaga tidak dianggap
eksis bila tidak memiliki website atau situs resmi.
3. Kolonialisasi
Munculnya
teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari Negara maju ke negara berkembang adalah tidak seimbang.
Ketidakseimbangan ini menyebabkan
masyarakat negara tertentu
lebih banyak mengkonsumsi informasi dari
negara yang rich informations (maju). Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Kolonialisasi disini bukannya taktik
imperialisme dalam penaklukan negara
lain melalui akuisisi tanah dan wilayah namun berupa
penjajahan melalui arus
informasi.
Sumber:
http://smamuhammadiyahtasikmalayasosiologi.blogspot.com/2010/01/konsekuensi-sosial-teknologi-komunikasi.html
0 komentar:
Posting Komentar