Rss

Selasa, 28 Mei 2013

Konsekuensi Kultural Teknologi Komunikasi


A.    Makna Konsekuensi Kultural Teknologi Komunikasi
Untuk memahami makna konsekuensi kultural teknologi komunikasi, perlu diungkap pengertian cultural lebih dulu. Kultural berasal dari kata cultural, yang dalam Bahasa Inggris berarti having to do with culture (berkaitan dengan budaya). Jadi, tidak berlebihan bila kultural diartikan sebagai kebudayaan. Atas dasar pemikiran di atas, konsekuensi cultural pemakaian teknologi komunikasi dilihat pada karakter yang dimiliki lembaga sosial, sistem pengetahuan, perilaku keseharian individu dan komunitas, sistern nilai dan norma dalam masyarakat berubah, sebagai kelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, maka sudah terjadi konsekuensi kultural. Sebaliknya, bila karakter lembaga sosial, sistem pengetahuan, perilaku keseharian individu dan komunitas, sistem nilai dan norma dalam masyarakat,
sebagai kelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, tidak berubah; maka tidak ada konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi.
B.     Konsekuensi Kultural. Permakaian Teknologi Komunikasi
Bila kita menengok kenyataan, misalnya pada perilaku orang-orang yang suka mengakses internet, temyata mereka sadar bahwa kadang-kadang mereka "berurusan" dengan apa yang disebut realitas maya (virtual reality). Realitas maya sendiri, seperti ditulis Mark Slouka, merujuk pada lingkungan yang "menyelubungi" atau "menghidupkan secara sensual", yang dimasuki individu dengan cara menghubungkan dirinya ke komputer (1999:38). Dengan kata lain, orang-orang yang suka mengakses internet sadar bahwa komputer menciptakan ilusi untuk mereka. Tetapi, tidak banyak yang bisa membedakan ilusi tersebut dengan dunia nyata. Akibatnya, mereka merasa senang menghadapinya.
Bisa saja tawaran yang diajukan dunia semu itu sejalan dengan kebutuhan
individu yang mengakses internet. Bisa saja tawaran dunia semu tersebut sesuai dengan keinginan individu untuk menciptakan identitas baru buat dirinya. Yang jelas, jaringan internet telah menawarkan bentuk komunitas baru, yaitu komunitas maya (virtual community) Nah, dalam konteks komunitas semu ini, paling sedikit ada dua konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi yang menonjol, yaitu:
1.      Perubahan Sistem Nilai dan Norma
Jika diibaratkan sebagai pengembara, maka orang-orang yang mengakses internet akan banyak melakukan perjalanan, banyak melihat dan tentu saja banyak memperoleh informasi. Semua pengalarnan itu, tentu saja akan mengubah pandangan mereka tentang diri mereka sendiri serta nilai dan norma yang selama ini mereka anut. Bukan mustahil mereka lantas mengadopsi nilai-nilai profesionalisme yang mengutamakan prinsip kepakaran, otoritas, otonomi, autensitas dan integritas. Bukan mustahil pula mereka tidak menyukai lagi
solidaritas komunal. Kalau ini yang terjadi, sesungguhnya perubahan sistem nilai
itu baik untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Artinya, nilai-nilai yang diadopsi adalah nilai yang bermanfaat untuk membangun kebudayaan industrial. Tetapi bukan mustahil yang terjadi adalah, orang-orang yang mengakses internet tidak peduli lagi dengan tatanan moral, sistem nilai dan norma yang telah disepakati berpuluh-puluh tahun. Mereka hanyut dalam pengembaraan mereka dan menabrak apa saja yang mereka anggap menghambat tujuan mereka.
Mereka merasa tidak peduli lagi dengan segala aturan yang ada. Bila melihat kenyataan di negara-negara maju, kita tentu mengerti bahwa perubahan yang terjadi pada orang-orang yang mengakses internet adalah perubahan moral dan kemanusiaan. Orang tidak peduli lagi dengan moral yangselama ini dijunjung tinggi. Orang juga tidak peduli dengan nilai kemanusiaan orang lain. Sudah begitu, orang lebih percaya pada isu daripada informasi, lebih percaya pada rumor ketimbang kebenaran. Pergeseran nilai yang nampak ekstrim
adalah kemudahan pengguna untuk menjelajahi situs-situs porno atau situs-situs
cabul yang banyak bertebaran di internet dan bebas sensor karena internet dianggap tidak memiliki aturan dan kejelasan hukum dalam penggunaannya. Selain itu muncul kejahatan menggunakan internet yang disebut dengan “carding” berupa pembobolan kartu kredit milik orang lain. Ini disebabkan karena keamanan dalam internet saat ini masih belum sempurna khususnya berkaitan dengan subscribe pendaftaran diri pada suatu situs.
2.      Penyerahan sebagian otoritas diri pada teknologi komunikasi
Bila dicermati maka orang-orang yang mengakses teknologi komunikasi informasi akan meluangkan waktu yang banyak dan biaya yang mahal untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Meski telah terpuaskan oleh informasi yang didapat kecenderungannya orang-orang tersebut akan terus mencari dan mencari informasi memalui internet. Disinilah kondisi penyerahan diri pada teknologi terjadi akibanya Keasyikan dalam menggunakan internet menjadikan semacam kecanduan yang mau tidak mau membawa ke arah pengeluaran keuangan yang lebih.
Selain itu penggunaan internet memunculkan trend centre gaya hidup dengan penambahan pengetahuan dari media internet Orang tidak dianggap eksis bila tidak memiliki e-mail atau bergabung dalam komunitas virtual seperti Friendster atau blogger. Lembaga tidak dianggap eksis bila tidak memiliki website atau situs resmi.
3.      Kolonialisasi
Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari Negara maju ke negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan masyarakat negara tertentu lebih banyak mengkonsumsi informasi dari negara yang rich informations (maju). Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Kolonialisasi disini bukannya taktik imperialisme dalam penaklukan negara lain melalui akuisisi tanah dan wilayah namun berupa penjajahan melalui arus informasi.

Sumber:

http://smamuhammadiyahtasikmalayasosiologi.blogspot.com/2010/01/konsekuensi-sosial-teknologi-komunikasi.html

0 komentar:

Posting Komentar