Rss

Selasa, 28 Mei 2013

Konsekuensi Sosial Teknologi Komunikasi


Memang, teknologi komunikasi menjadi satu kekuatan yang biasa mempengaruhi kekuatan sosial lainnya. Teknologi komunikasi memiliki keterkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak berlebihan kiranya bila ada orang yang mengatakan bahwa teknologi komunikasi mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Bisa saja pemakaian teknologi komunikasi menguntungkan, misalnya meningkatkan produktivitas, memperpendek waktu dan jarak. Tetapi, tidak berarti tidak menimbulkan persoalan. Beberapa persoalan yang muncul misalnya, jurang antara pihak yang kaya dan miskin informasi makin besar, privacy jadi terganggu, orang jadi terpencil dari lingkungan sosial, informasitidak benar disusupkan melalui media interaktif dan batasan-batasan pekerjaan yang lama tidak berlaku lagi.
1.      Makna Konsekuensi Sosial Pemakaian Teknologi Komunikasi
Salah satu cara untuk melihat pengaruh teknologi komunikasi pada kehidupan sosial adalah, melihat konsekuensi sosial pemakaian teknologi komunikasi. Konsekuensi sosial dengan dampak sosial pemakaian teknologi komunikasi memiliki makna yang berbeda. Konsekuensi sosial adalah akibat sosial sebagai kelanjutan logis sebuah keadaan atau pemakaian dan sudah disadari akan terjadi. Sedangkan dampak sosial adalah keadaan sosial sebagai hasil sebuah perbenturan dua keadaan yang tidak disadari. Dengan demikian,
perbedaan konsekuensi sosial dan dampak sosial adalah pada unsur logis dan
kesadaran. Konsekuensi sosial mengandung unsur logis dan kesadaran, sedangkan dampak sosial tidak mengandung unsur logis dan sadar.
2.      Konsekuensi Sosial. Teknologi Komunikasi
Konsekuensi sosial teknologi komunikasi bisa dilihat pada perubahan hubungan individu dengan individu, individu dengan komunitas, individu dengan lembaga sosial (seperti kelurahan, kecamatan, kabupaten propinsi dan negara), individu dengan media massa, komunitas dan media massa, komunitas dengan. lembaga sosial, tentu saja setelah pemakaian teknologi komunikasi. Keinginan untuk berubah tersebut, sesungguhnya, tidak pernah direncanakan oleh seorang pemakai teknologi komunikasi. Hanya saja dia memperoleh makna dari pengalamannya menggunakan teknologi komunikasi tersebut. Makna itu sendiri
kemudian direkonstruksika
nnya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, perubahan hubungan yang terjadi seolah-olah datang begitu saja. Sehubungan dengan kenyataan di atas terdapat dua jenis konsekuensi social teknologi komunikasi yang penting, yaitu:
a.       Perubahan Hubungan Sosial
Jika hubungan antara dua komponen masyarakat berubah, katakanlah antara seorang individu dan individu lain karena pemakaian teknologi komunikasi, maka sudah terjadi konsekuensi sosial. Bisa saja perubahan itu berawal dari sense dia mengenai orang lain. Tetapi, pada saat seorang individu mulai memikirkan sensenya tentang orang lain,
menurut Steven G. Jones, sesungguhnya dia juga mernikirkan sense dia
tentang siapa dirinya, siapa dirinya di antara orang-orang lain dan ingin menjadi apa dirinya (1998:2). Kalau sudah begini, perubahan hubungan sosial tersebut berasal dari konstruksi seorang individu tentang, individu lain.
Kenyataan di atas akan menjadi sangat jelas bila dikaitkan dengan pemakaian komputer dalam masyarakat. Seperti telah diketahui komputer memiliki kedudukan sebagai pembentuk media baru. Media baru, yang nota bene membutuhkan komputer tersebut, menjadi alat untuk berkomunikasi. Tidak heran bila orang menyebutnya sebagai
Computer-Mediated Communication (CMC). CMC ini bisa meningkatkan
kemampuan seorang individu dalam mendengar dan melihat. Nah, orang-orang yang memakai CMC inilah kelak yang membentuk cybersociety. Tanpa CMC tidak mungkin ada cyhersociety.
Bila dalam masyarakat biasa setiap individu hidup bersama-sama
secara fisik dalam sebuah daerah tertentu, maka setiap individu di dalam cybersociety tidak harus hidup dalam sebuah kawasan tertentu. Bisa saja individu yang tergabung di dalamnya tidak pernah bertemu secara fisik dan hidup di daerah yang berbeda-beda. Mereka
terhubungkan karena sama-sama menggunakan on-line communication.
Itulah sebabnya konstruksi sosial mereka tentang sebuah realitas tidak dibentuk oleh jaringan para pemakai CMC, melainkan dalam jaringan itu sendiri. Dengan demikian, di luar jaringan CMC, realitas itu tidak pernah terbentuk.
Persoalan yang barangkali muncul adalah, apakah perubahan hubungan sosial karena pemakaian teknologi komunikasi mengarah pada kebaikan? Tidak mudah menjawabnya. Yang jelas, sebuah teknologi komunikasi selalu memiliki efek samping (side effect). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stanford Institute for the Quantitive Study of Society terhadap 4.000 pengguna internet menyebutkan bahwa internet  menyebabkan isolasi sosial (social isolation). Makin lama seorang individu menggunakan internet, makin berkurang kontaknya dengan lingkungan sosial (Suara Pembaruan, 2/9/01).
Pola hubungan menggunakan CMC antara pengirim dan penerima pesan umumnya belum saling mengenal (unknown) apalagi dengan penggunaan identitas singkat pada e-mail dan nick name pada fasilitas IRc menyebabkan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi tertutup tidak terbuka. Kecenderungan yang demikian menyebabkan interaksi sosial yang terjadi tidak memiliki makna dan hanya bersifat maya atau semu.
Konsekuensi sosial lainnya adalah melalui bantuan komputer bias melihat hasil ketikan di layar monitor sebelum dicetak (paperless) sehingga lebih effisien dalam waktu dan tempat penyimpanan file. Makanya dahulu banyak kursus mengetik, sekarang sudah jarang kita temui kursus mengetik apalagi di kota-kota besar. Setelah dirasakan dapat menggantikan cara konventional baru terlihat kelebihan lainnnya, misal menggantikan sarana pengiriman surat dengan surat eletronik (email), pencarian data melalui search engine, chatting, mendengarkan musik, dan sebagainya. Fenomena ini menunjukkan bahwa disamping efsiensi dalam penggunaannya adanya teknologi komunikasi baru menyebabkan tingkat ketergantungan pada orang lain semakin berkurang. Adanya e-mail menyebabkan masyarakat tidak membutuhkan lagi tukang pos apalagi Kantor Pos. Tidak perlu bertemu dengan pedagang perangko, penjual amplop dan sebagainya.
b.      Transformasi Sosial.
Munculnya masyarakat informasi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (i) informasi menjadi senjata strategis; (ii) pemilihan. informasi menjadi dasar konflik antara pernerintah dan pengusaha; (iii) informasi tidak lagi gratis; (iv) semua informasi yang bernilai tinggi akan tersimpan dalam bentuk digital; (v) pustaka akan dipenuhi oleh buku-buku pintar elektronik; (vi) pustaka dunia akan muncul dalam bentuk informasi elektronik; (vii) konsep manusia tentang privacy, security dan pemilikan berubah; (viii) pertukaran informasi meruntuhkan batas-batas budaya dan wilayah; (ix) konflik akan terjadi antara pemakai dan manajemen sistem informasi; dan (x) orang-orang yang menjadi “spesialis informasi” akan menjadi sangat berkuasa (Dalam Tanduklangi, 1993:127).
Tetapi, sebuah masyarakat tidak bisa disebut masyarakat informasi kalau masyarakat tersebut tidak terbuka. Salah satu pendorong lahirnya masyarakat terbuka adalah pemakaian teknologi komunikasi. Ini terasa logis. Sebab, pemakaian teknologi komunikasi mempengaruhi struktur masyarakat. Nilai vang dibawa oleh sebuah teknologi kornunikasi sanggup menggoyahkan struktur masyarakat yang lama. Nilai egaliter misalnya, menggusur struktur masyarakat yang tertutup. Kalau masyarakat masih mempertahankan struktur masyarakat tertutup dengan adanya CMC misalnya, itu sarna saja dengan menentang evolusi.
Wajah masyarakat dalam masyarakat terbuka ditandai oleh keberadaan nilai-nilai heterogen. Akibatnya sifat pluralistik jadi menonjol. Penonjolan sifat pluralistik ini menjadikan menuntut masyarakat mengubah orientasinya. Tidak terlalu berlebihan bila ada orang yang berpendapat bahwa kesadaran masyarakat untuk mengenal dirinya sendiri sangat penting dalam rangka memakai sebuah teknologi komunikasi. Pilihan orientasi diri ini menentukan seluruh sikap individu dalam memakai teknologi
komunikasi.
Bila masyarakat terbuka sudah terwujud, maka sesungguhnya ia bias memaksakan terbentuknya pemerintahan yang terbuka (open government) pula. Pemerintahan yang terbuka sudah dianut oleh banyak Negara demokratis. la ditandai, paling tidak oleh: (i) seluruh kegiatan pemerintah harus bisa diikuti dan dipantau oleh khalayak; (ii) informasi yang dikuasai oleh pemerintah mudah diakses khalayak; dan (iii) proses pengambilan
keputusan terbuka bagi keterlibatan khalayak (Santosa 2001:41). Dengan
dekian, tiga parameter utama pengelolaan negara yang baik (Good governance), seperti akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dipenuhi oleh pemerintahan yang terbuka. Goodgovernance sendiri sekarang sudah menjadi salah satu ukuran eksistensi sebuah negara. Transformasi sosial lainnya adalah terdapatnya orientasi kerja manusia yang semula pada otot berubah berorientasi pada otak, sehingga perbedaan gender dalam kerja semakin sempit. Pergeseran pola hidup secara umum. Pola hidup manusia akan sangat tergantung kepada komputer yang menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam hidup manusia. Dampak ini akan terus berlanjut hingga produk-produk yang dikelola komputer menjadi produk yang cerdas ( smart product ).

            Sumber:



0 komentar:

Posting Komentar