Memang, teknologi komunikasi menjadi satu kekuatan
yang biasa mempengaruhi kekuatan sosial lainnya. Teknologi komunikasi memiliki
keterkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak
berlebihan kiranya bila ada orang yang mengatakan bahwa teknologi komunikasi
mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Bisa saja pemakaian
teknologi komunikasi menguntungkan,
misalnya meningkatkan produktivitas, memperpendek waktu dan jarak. Tetapi,
tidak berarti tidak menimbulkan persoalan.
Beberapa persoalan yang muncul misalnya,
jurang antara pihak yang kaya dan miskin informasi makin besar, privacy jadi terganggu, orang jadi
terpencil dari lingkungan sosial, informasitidak benar disusupkan melalui media interaktif dan batasan-batasan
pekerjaan yang
lama tidak berlaku lagi.
1. Makna Konsekuensi
Sosial Pemakaian Teknologi Komunikasi
Salah satu cara untuk melihat pengaruh teknologi
komunikasi pada kehidupan sosial adalah, melihat konsekuensi sosial pemakaian
teknologi komunikasi. Konsekuensi sosial dengan dampak sosial
pemakaian teknologi komunikasi
memiliki makna yang berbeda. Konsekuensi sosial adalah akibat sosial sebagai kelanjutan logis sebuah keadaan
atau pemakaian dan sudah disadari
akan terjadi. Sedangkan dampak sosial adalah keadaan sosial sebagai hasil sebuah perbenturan dua keadaan
yang tidak disadari. Dengan demikian,
perbedaan konsekuensi sosial dan dampak sosial adalah pada unsur logis dan kesadaran. Konsekuensi sosial mengandung unsur logis dan kesadaran, sedangkan dampak sosial tidak mengandung unsur logis dan sadar.
perbedaan konsekuensi sosial dan dampak sosial adalah pada unsur logis dan kesadaran. Konsekuensi sosial mengandung unsur logis dan kesadaran, sedangkan dampak sosial tidak mengandung unsur logis dan sadar.
2.
Konsekuensi
Sosial. Teknologi Komunikasi
Konsekuensi sosial teknologi komunikasi bisa dilihat pada
perubahan hubungan individu dengan individu, individu dengan komunitas, individu
dengan lembaga sosial (seperti kelurahan, kecamatan, kabupaten propinsi dan
negara), individu dengan media massa, komunitas dan media massa, komunitas
dengan. lembaga sosial, tentu saja setelah pemakaian teknologi komunikasi.
Keinginan untuk berubah tersebut, sesungguhnya, tidak pernah direncanakan oleh
seorang pemakai teknologi komunikasi. Hanya saja dia memperoleh makna dari pengalamannya
menggunakan teknologi komunikasi tersebut. Makna itu sendiri
kemudian direkonstruksikannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, perubahan hubungan yang terjadi seolah-olah datang begitu saja. Sehubungan dengan kenyataan di atas terdapat dua jenis konsekuensi social teknologi komunikasi yang penting, yaitu:
kemudian direkonstruksikannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, perubahan hubungan yang terjadi seolah-olah datang begitu saja. Sehubungan dengan kenyataan di atas terdapat dua jenis konsekuensi social teknologi komunikasi yang penting, yaitu:
a.
Perubahan Hubungan Sosial
Jika hubungan antara dua komponen masyarakat berubah, katakanlah
antara seorang individu dan individu lain karena pemakaian teknologi
komunikasi, maka sudah terjadi konsekuensi sosial. Bisa
saja perubahan itu berawal dari sense dia mengenai
orang lain. Tetapi, pada saat
seorang individu mulai memikirkan sensenya tentang orang lain,
menurut Steven G. Jones, sesungguhnya dia juga mernikirkan sense dia tentang siapa dirinya, siapa dirinya di antara orang-orang lain dan ingin menjadi apa dirinya (1998:2). Kalau sudah begini, perubahan hubungan sosial tersebut berasal dari konstruksi seorang individu tentang, individu lain.
menurut Steven G. Jones, sesungguhnya dia juga mernikirkan sense dia tentang siapa dirinya, siapa dirinya di antara orang-orang lain dan ingin menjadi apa dirinya (1998:2). Kalau sudah begini, perubahan hubungan sosial tersebut berasal dari konstruksi seorang individu tentang, individu lain.
Kenyataan di
atas akan menjadi sangat jelas bila dikaitkan dengan pemakaian komputer dalam masyarakat.
Seperti telah diketahui komputer
memiliki kedudukan sebagai pembentuk media baru. Media baru, yang nota bene membutuhkan komputer
tersebut, menjadi alat untuk
berkomunikasi. Tidak heran bila orang menyebutnya sebagai
Computer-Mediated Communication (CMC). CMC ini bisa meningkatkan kemampuan seorang individu dalam mendengar dan melihat. Nah, orang-orang yang memakai CMC inilah kelak yang membentuk cybersociety. Tanpa CMC tidak mungkin ada cyhersociety.
Bila dalam masyarakat biasa setiap individu hidup bersama-sama secara fisik dalam sebuah daerah tertentu, maka setiap individu di dalam cybersociety tidak harus hidup dalam sebuah kawasan tertentu. Bisa saja individu yang tergabung di dalamnya tidak pernah bertemu secara fisik dan hidup di daerah yang berbeda-beda. Mereka
terhubungkan karena sama-sama menggunakan on-line communication. Itulah sebabnya konstruksi sosial mereka tentang sebuah realitas tidak dibentuk oleh jaringan para pemakai CMC, melainkan dalam jaringan itu sendiri. Dengan demikian, di luar jaringan CMC, realitas itu tidak pernah terbentuk.
Computer-Mediated Communication (CMC). CMC ini bisa meningkatkan kemampuan seorang individu dalam mendengar dan melihat. Nah, orang-orang yang memakai CMC inilah kelak yang membentuk cybersociety. Tanpa CMC tidak mungkin ada cyhersociety.
Bila dalam masyarakat biasa setiap individu hidup bersama-sama secara fisik dalam sebuah daerah tertentu, maka setiap individu di dalam cybersociety tidak harus hidup dalam sebuah kawasan tertentu. Bisa saja individu yang tergabung di dalamnya tidak pernah bertemu secara fisik dan hidup di daerah yang berbeda-beda. Mereka
terhubungkan karena sama-sama menggunakan on-line communication. Itulah sebabnya konstruksi sosial mereka tentang sebuah realitas tidak dibentuk oleh jaringan para pemakai CMC, melainkan dalam jaringan itu sendiri. Dengan demikian, di luar jaringan CMC, realitas itu tidak pernah terbentuk.
Persoalan yang barangkali muncul adalah, apakah perubahan
hubungan sosial karena pemakaian teknologi komunikasi mengarah pada kebaikan? Tidak
mudah menjawabnya. Yang jelas, sebuah teknologi komunikasi
selalu memiliki efek samping (side effect). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stanford
Institute for the Quantitive Study
of Society terhadap 4.000 pengguna internet menyebutkan bahwa internet menyebabkan isolasi
sosial (social isolation). Makin lama seorang
individu menggunakan internet, makin berkurang kontaknya dengan lingkungan sosial (Suara
Pembaruan, 2/9/01).
Pola hubungan menggunakan CMC antara pengirim dan
penerima pesan umumnya belum saling mengenal (unknown) apalagi dengan penggunaan
identitas singkat pada e-mail dan nick name pada fasilitas IRc menyebabkan
komunikasi yang terjadi adalah komunikasi tertutup tidak terbuka. Kecenderungan
yang demikian menyebabkan interaksi sosial
yang terjadi tidak memiliki makna dan hanya bersifat maya atau semu.
Konsekuensi
sosial lainnya adalah melalui bantuan komputer bias melihat hasil ketikan di layar monitor
sebelum dicetak (paperless) sehingga
lebih effisien dalam waktu dan tempat penyimpanan file. Makanya dahulu banyak kursus mengetik,
sekarang sudah jarang kita temui kursus mengetik apalagi di kota-kota besar. Setelah
dirasakan dapat
menggantikan cara konventional baru terlihat kelebihan lainnnya, misal menggantikan sarana pengiriman
surat dengan surat eletronik (email), pencarian
data melalui search engine,
chatting, mendengarkan musik,
dan sebagainya. Fenomena ini menunjukkan bahwa
disamping efsiensi dalam
penggunaannya adanya teknologi komunikasi baru menyebabkan
tingkat ketergantungan
pada orang lain semakin berkurang. Adanya
e-mail menyebabkan masyarakat tidak membutuhkan lagi tukang pos apalagi Kantor Pos. Tidak perlu
bertemu dengan pedagang perangko,
penjual amplop dan sebagainya.
b.
Transformasi
Sosial.
Munculnya masyarakat informasi yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: (i) informasi menjadi senjata strategis; (ii) pemilihan.
informasi menjadi dasar konflik antara pernerintah dan pengusaha; (iii)
informasi tidak lagi gratis; (iv) semua informasi yang bernilai tinggi akan
tersimpan dalam bentuk digital; (v) pustaka akan dipenuhi oleh buku-buku pintar
elektronik; (vi) pustaka dunia akan muncul dalam bentuk informasi elektronik;
(vii) konsep
manusia tentang privacy, security dan pemilikan berubah; (viii) pertukaran informasi meruntuhkan
batas-batas budaya dan wilayah; (ix) konflik
akan terjadi antara pemakai dan manajemen sistem informasi; dan (x) orang-orang yang menjadi “spesialis
informasi” akan menjadi sangat berkuasa
(Dalam Tanduklangi, 1993:127).
Tetapi, sebuah
masyarakat tidak bisa disebut masyarakat informasi kalau masyarakat tersebut tidak terbuka.
Salah satu pendorong lahirnya masyarakat
terbuka adalah pemakaian teknologi komunikasi. Ini terasa logis. Sebab, pemakaian teknologi komunikasi
mempengaruhi struktur masyarakat.
Nilai vang dibawa oleh sebuah teknologi kornunikasi sanggup menggoyahkan struktur masyarakat yang
lama. Nilai egaliter misalnya, menggusur
struktur masyarakat yang tertutup. Kalau masyarakat masih mempertahankan struktur masyarakat
tertutup dengan adanya CMC misalnya,
itu sarna saja dengan menentang evolusi.
Wajah masyarakat
dalam masyarakat terbuka ditandai oleh keberadaan
nilai-nilai heterogen. Akibatnya sifat pluralistik jadi menonjol. Penonjolan sifat pluralistik ini menjadikan
menuntut masyarakat mengubah orientasinya. Tidak terlalu berlebihan bila ada
orang yang berpendapat bahwa kesadaran masyarakat untuk mengenal dirinya
sendiri sangat penting dalam rangka memakai sebuah teknologi komunikasi.
Pilihan orientasi diri ini menentukan seluruh sikap individu dalam memakai
teknologi
komunikasi.
komunikasi.
Bila masyarakat terbuka sudah terwujud, maka sesungguhnya
ia bias memaksakan terbentuknya pemerintahan
yang terbuka (open government) pula.
Pemerintahan yang terbuka sudah dianut oleh banyak Negara demokratis. la ditandai, paling tidak
oleh: (i) seluruh kegiatan pemerintah harus
bisa diikuti dan dipantau oleh khalayak; (ii) informasi yang dikuasai oleh pemerintah mudah diakses khalayak;
dan (iii) proses pengambilan
keputusan terbuka bagi keterlibatan khalayak (Santosa 2001:41). Dengan dekian, tiga parameter utama pengelolaan negara yang baik (Good governance), seperti akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dipenuhi oleh pemerintahan yang terbuka. Goodgovernance sendiri sekarang sudah menjadi salah satu ukuran eksistensi sebuah negara. Transformasi sosial lainnya adalah terdapatnya orientasi kerja manusia yang semula pada otot berubah berorientasi pada otak, sehingga perbedaan gender dalam kerja semakin sempit. Pergeseran pola hidup secara umum. Pola hidup manusia akan sangat tergantung kepada komputer yang menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam hidup manusia. Dampak ini akan terus berlanjut hingga produk-produk yang dikelola komputer menjadi produk yang cerdas ( smart product ).
keputusan terbuka bagi keterlibatan khalayak (Santosa 2001:41). Dengan dekian, tiga parameter utama pengelolaan negara yang baik (Good governance), seperti akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dipenuhi oleh pemerintahan yang terbuka. Goodgovernance sendiri sekarang sudah menjadi salah satu ukuran eksistensi sebuah negara. Transformasi sosial lainnya adalah terdapatnya orientasi kerja manusia yang semula pada otot berubah berorientasi pada otak, sehingga perbedaan gender dalam kerja semakin sempit. Pergeseran pola hidup secara umum. Pola hidup manusia akan sangat tergantung kepada komputer yang menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam hidup manusia. Dampak ini akan terus berlanjut hingga produk-produk yang dikelola komputer menjadi produk yang cerdas ( smart product ).
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar